PENYANDERAAN 10 WARGA NEGARA INDONESIA OLEH ABU SAYYAF
1.
Kronologi 10 WNI Disandera Hingga Dibebaskan Abu Sayyaf
10 Anak Buah
Kapal (ABK) asal Indonesia yang disekap oleh kelompok militan Filipina Abu
Sayyaf akhirnya dibebaskan. Mereka sebelumnya sempat disekap lebih dari satu
bulan. Sebelum dipulangkan, mereka ditampung terlebih dahulu di rumah dari
Gubernur Sulu (Abdusakur) Toto Tan (II).
Rencananya, seluruh WNI diterbangkan dan diperkirakan sampai tanah air Minggu (1/5) malam. Berikut kronologi lengkap 10 WNI disandera hingga dibebaskan :
26 Maret 2016
Dua kapal berbendera Indonesia dibajak oleh kelompok Abu
Sayyaf saat sedang berlayar dari Sungai Puting, Kalimantan Selatan menuju ke
Batangas, Filipina selatan. Dua kapal yang dibajak itu adalah kapal Brahma 12
dan kapal tongkang Anand 12 yang membawa 10 orang awak kapal berkewarganegaraan
Indonesia.
29 Maret
Presiden Joko Widodo telah memerintahkan Kepala
Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Badrodin Haiti dan Panglima
TNI Gatot Nurmantyo untuk melacak jejak para penyandera dan ke-10 WNI tersebut.
TNI juga telah menyiapkan pasukan terbaik mereka untuk terjun ke lokasi setiap
saat.
Dari sumber merdeka.com, Selasa (29/3), ada tiga pasukan
elite yang diterjunkan untuk membebaskan para sandera. Mereka merupakan pasukan
terbaik dengan anggota yang benar-benar memiliki kemampuan khusus dan terbaik
dari yang terbaik.
31 Maret
31 Maret
Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) meyakini operasi
pembebasan sandera asal Indonesia yang kini ditawan militan Abu Sayyaf, masih
bisa mereka tangani sendiri. Dengan begitu, tawaran bantuan militer Indonesia
yang sekarang sudah menyiagakan armada tempur di Tarakan serta Bitung, ditolak
secara halus, seperti dilansir inquirer.net.
Militer Filipina memiliki prinsip tersendiri, sehingga sulit mengizinkan pasukan asing terlibat dalam pembebasan sandera itu. "Berdasarkan konstitusi, negara kami tidak mengizinkan adanya pasukan asing tanpa perjanjian khusus," kata juru bicara AFP, Brigadir Jenderal Restituto Padilla saat dihubungi wartawan kemarin.
Militer Filipina memiliki prinsip tersendiri, sehingga sulit mengizinkan pasukan asing terlibat dalam pembebasan sandera itu. "Berdasarkan konstitusi, negara kami tidak mengizinkan adanya pasukan asing tanpa perjanjian khusus," kata juru bicara AFP, Brigadir Jenderal Restituto Padilla saat dihubungi wartawan kemarin.
8 April
Umar Patek siap
membantu pemerintah untuk membebaskan WNI yang disandera Abu Sayyaf. Terpidana
kasus terorisme 20 tahun bui itu pun mengaku tanpa pamrih apapun, asalkan
persyaratan secara teknis dipenuhi.
Umar Patek alias
Hisyam bin Alizein merupakan asisten koordinator lapangan dalam aksi terorisme
Bom Bali Pertama pada tahun 2002. Insiden itu menewaskan 202 orang. Umar Patek
disebut-sebut pernah membekali para petinggi militan Abu Sayyaf saat ini dengan
pelatihan menggunakan senjata api serta merakit bom.
10 April
18 Prajurit Filipina tewas dalam operasi pembebasan
sandera di Pulau Jolo, Basilan. Mereka tiba-tiba disergap saat dalam perjalanan
menuju medan pertempuran. Meski begitu, lima militan berhasil ditembak mati.
12 April
Terpukul mundurnya tentara Filipina dalam operasi awal
penyelamatan sandera dari tangan Abu Sayyaf akhir pekan lalu tidak melemahkan
moral prajurit. Militer Filipina justru kembali menggelar operasi penyergapan
lanjutan selama 10 jam pada hari berikutnya sepanjang Minggu (10/4) malam
hingga Senin (11/4) dini hari, di lokasi yang sama, menurut keterangan juru
bicara Angkatan Bersenjata Filipina (AFP). Berkat operasi lanjutan itu,
dipastikan 13 militan tewas.
15 April
Pukul 18.31 telah kapal berbendera Indonesia, yaitu kapal
tunda TB Henry dan Kapal Tongkang Cristi di perairan perbatasan
Malaysia-Filipina kembali dibajak. Kapal tersebut dalam perjalanan kembali dari
Cebu, Filipina menuju Tarakan. Kapal membawa 10 orang ABK WNI.
Dalam pembajakan kali ini, seorang ABK tertembak.
Sementara itu, lima orang berhasil selamat, sedangkan empat lainnya diculik
oleh kelompok tersebut.
26 April
Militan Abu Sayyaf menepati ancaman yang mereka sebar
sejak pekan lalu untuk mulai mengeksekusi tiga sandera asing dan satu tawanan
asli Filipina. Korban pertama adalah John Ridsdel (68) asal Kanada. Tentara
Filipina menemukan kepala pria ini di salah satu pulau kosong kawasan Jolo.
Penemuan itu terjadi lima jam setelah tenggat pembayaran tebusan lewat.
29 April
29 April
Militer
Filipina mengerahkan pesawat tempur membombardir titik-titik diduga markas
militan Abu Sayyaf di pedalaman Pulau Jolo, Provinsi Sulu. Salah satu sandera
asal Malaysia, Wong Teck Chi, menghubungi orang tuanya lewat sambungan telepon
tiga hari lalu. Dia mengaku dipaksa lari berpindah-pindah tempat nyaris setiap
beberapa jam sekali oleh para penculiknya.
Militer Filipina mulai menggempur Pulau Jolo melalui
udara sejak dua pekan terakhir. "Kami khawatir, anak saya bercerita bahwa
sikap para penculik sekarang semakin beringas setelah serangan udara kian
intensif," kata Wong Chie Ming, orang tua Tek Chi, yang tinggal di Kota
Sibu, Serawak, Malaysia.
29 April
Brigadir Jenderal
Alan Arrojado yang selama delapan bulan terakhir memimpin Brigade 501 Provinsi
Sulu dicopot. Dia digantikan oleh Kolonel Jose Faustino selepas satu sandera
asal Kanada dipenggal oleh militan Abu Sayyaf di Pulau Jolo.
Philippine Star melaporkan, Kamis (29/4), Arrojado
kabarnya bersitegang melawan atasannya, Mayor Jenderal Gerrardo Barrientos.
Mereka adu pendapat soal strategi menekan militan, terkait operasi pembebasan
para sandera.
1 Mei
10 ABK Warga Negara Indonesia telah dibebaskan oleh
kelompok militan Abu Sayyaf di daerah Sulu pada Minggu siang hari ini. Polisi
wilayah Provinsi Sulu, Wilfredo Cayat mengonfirmasi perihal pembebasan ini.
"Kita infokan ada seorang tidak diketahui menaruh 10 WNI di depan rumah dari Gubernur Sulu (Abdusakur) Toto Tan (II)," kata Cayat, seperti dikutip dari laman the Star, Minggu (5/1).
Presiden Jokowi memastikan 10 WNI tengah malam ini tiba di Lanud Halim Perdanakusuma. Namun sampai saat ini masih ada 4 WNI yang disandera.
2. Strategi Negara Dalam Mengatasi Masalah Penyanderaan 10 WNI Oleh Abu Sayyaf
JAKARTA, KOMPAS.com — Panglima
Tentara Nasional Indonesia Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan bahwa saat ini
dia telah menerima informasi mengenai keberadaan 10 warga negara Indonesia yang
disandera oleh kelompok milisi Abu Sayyaf.
Informasi tersebut diperoleh dari hasil
koordinasi Panglima TNI dengan panglima angkatan perang negara Filipina,
Hernando Iriberri. Namun, Jenderal Gatot enggan untuk menyebutkan lokasi pasti
ke-10 WNI tersebut disandera.
"Berdasarkan hasil koordinasi
dengan panglima tentara Filipina, lokasi sudah diketahui. Ada di wilayah
Filipina. Mereka sudah tahu lokasinya," ujar Gatot saat ditemui di Markas
Besar Tentara Nasional Indonesia, Cilangkap, Rabu (30/3/2016).
Dia menjelaskan, saat ini dirinya masih
terus berkoordinasi dengan Panglima Iriberri untuk mendapatkan perkembangan
terakhir kasus penyanderaan WNI. Dia pun mengatakan, TNI siap memberikan
bantuan apabila ada permintaan dari Filipina dalam menangani penyanderaan oleh Abu Sayyaf.
Sejauh ini, TNI hanya bisa melakukan
pemantauan dan menunggu koordinasi dengan Filipina terkait upaya yang akan
diambil untuk membebaskan sandera.
"Lokasinya ada di negara Filipina
sehingga kami hanya memantau. Apa pun yang diperlukan oleh Filipina, kami siap
mengirimkan bantuan. Saya sudah sampaikan ke panglima tentara Filipina. Siapnya
bagaimana, itu adalah urusan saya," ungkapnya.
Dia juga menegaskan, saat ini prioritas
TNI adalah menyelamatkan 10 WNI yang disandera. Semua satuan TNI sudah
disiagakan dan terus melakukan koordinasi dengan tentara Filipina.
Menurut Gatot, TNI sudah memberikan
bantuan dalam bentuk informasi kepada Filipina untuk mengetahui fraksi kelompok
Abu Sayyaf yang melakukan
penyanderaan.
"Kami masih terus berkoordinasi.
Apa yang diperlukan oleh mereka kami siapkan, termasuk informasi soal Abu Sayyaf. Yang jelas
prioritas utama menyelamatkan sandera WNI," pungkasnya.
3. Pendapat Anda Jika Terjadi Kejadian Yang Sama Dilain Waktu Mendatang
Indonesia harus memiliki hubungan yang baik dan erat
dengan negara-negara di luar sana terutama se-Asia. Tujuan ini agar dapat
dilakukannya kerja sama untuk menangani hal seperti ini. Selain itu, setiap
negara wajib meningkatkan perlindungan dan keamanan di daerah kelautan.
Penulis sendiri yakin bahwa setiap negara tidak ingin
warga negaranya mengalami hal yang seperti itu, dan setiap negarapun tidak akan
tinggal diam. Ini merupakan kewajiban setiap negara untuk melindungi warga
negaranya. Butuhnya tingkat keamanan lebih diutamakan dan kesigapan setiap
tentara.
Untuk tidak mengulangi hal seperti ini sebaiknya
melakukan kerja sama antar negara untuk memulai proses penangkapan Abu Sayyaf,
jika pun mereka masih berkeliaran ada kemungkinan terjadinya masalah seperti,
kejahatan seperti ini harus dituntaskan hingga keakarnya. Karena jika tidak,
ada kemungkinan mereka berulah kembali.
Para pemimpin TNI harus memiliki strategi yang tidak
merugikan setiap tentaranya, atau hingga hilangnya nyawa anggotanya, oleh
karena itu strategi yang matang adalah kunci pentingnya untuk membungkukan Abu
Sayyaf selain itu perlunya juga kerja sama dengan di luar sana.
Jangan sampai kita memenuhi keinginan mereka pula,
lakukan perundingan mencari jalan keluar dengan baik. karena inti dari
penyelesaian masalah adalah perundingan dan berdiskusi terutama dengan seorang
ahli atau pakar.
http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-kronologi-lengkap-10-wni-disandera-hingga-dibebaskan-abu-sayyaf.html
Comments
Post a Comment